Karma
Dalam kehidupan sehari - hari sering kita menemukan kata karma ya.. karma atau mungkin lebih lengkapnya KARMA PHALA karena dilahirkan di alam manusia, kita masih memiliki buah karma dari seluruh perbuatan masa lampau kehidupan kita. Dimana karma baik akan menjadikan kehidupan kita lebih bahagia, dan karma buruk akan membuat kehidupan kita lebih menderita.
Memiliki berkah karma baik dalam kehidupan ini, merupakan suatu berkah yang sangat luar biasa. Dengan memiliki berkah karma baik dalam kehiduan sekarang ini, berarti kita juga memiliki kesempatan untuk menanam kembali bibit karma baik sebanyak-banyak. Sehingga kehidupan yang akan datang, dapat lebih baik lagi.
Bagaikan seorang yang memiliki berkah rejeki karma baik, sehingga kehidupan yang sekarang memiliki berkah materi yang lebih. Berkah yang dimiliki seharusnya dapat digunakan kembali untuk menanam karma baik. Dengan rezeki yang sedikit berlimpah, berarti mereka mempunyai modal untuk dapat lebih beramal dan membantu mahluk lain yang membutuhkannya.
Sehingga segala perbuatan amal dan bantuan yang merekan lakukan, bagaikan mempersiapkan harta warisan untuk kehidupan yang akan datang. Dengan demikian, dirinya telah terus menjaga dan memiliki warisan berkah yang tidak putus disetiap kehidupan yang akan datang hingga Pencapaian Agung Sejati.
Tetapi bagaimana dengan karma buruk yang kita miliki dari kehidupan kita yang masa lampau ?
Pada awal kelahiran manusia, tubuh bagaikan satu gelas yang hanya masih memiliki sedikit air didalamnya dengan sedikit rasa asin.
Selanjutnya segala perbuatan, ucapan, dan pikiran manusia yang akan menentukan rasa yang sesungguhnya dari air didalam gelas ini.
Dengan berbuat kebaikan, kita mengumpulkan karma baik bagaikan menuang sesendok air putih kedalam gelas.
Dengan berbuat keburukan, kita mendapat karma buruk, bagaikan menuang sesendok garam kedalam gelas.
Walau kita telah memiliki rasa asin sejak awal kelahiran kita, tetapi kita jangan berputus asa untuk berusaha menuangkan air putih kedalam gelas kita. Walau garam yang telah didalam gelas tidak dapat dikeluarkan lagi, tetapi dengan lebih banyak air putih yang kita tuangkan ke dalam gelas ini. Rasa asin tersebut akan semakin jauh berkurang, bahkan tidak melepas kemungkian akan benar-benar dapat terasa bagaikan tawar kembali karena jumlah air yang semakin banyak.
Saya mengajak para umat untuk selalu merenungkan ini.
Sebagai manusia kadang telah berbuat kesalahan, jangan kita menyesalkan yang berkepanjangan. Tetapi selanjutnya harus berusaha mengumpulkan karma baik sebanyak-banyak untuk mengimbangi perbuatan buruk kita. Dan tentunya kita harus menghindari perbuatan buruk tersebut.
Memiliki berkah karma baik dalam kehidupan ini, merupakan suatu berkah yang sangat luar biasa. Dengan memiliki berkah karma baik dalam kehiduan sekarang ini, berarti kita juga memiliki kesempatan untuk menanam kembali bibit karma baik sebanyak-banyak. Sehingga kehidupan yang akan datang, dapat lebih baik lagi.
Bagaikan seorang yang memiliki berkah rejeki karma baik, sehingga kehidupan yang sekarang memiliki berkah materi yang lebih. Berkah yang dimiliki seharusnya dapat digunakan kembali untuk menanam karma baik. Dengan rezeki yang sedikit berlimpah, berarti mereka mempunyai modal untuk dapat lebih beramal dan membantu mahluk lain yang membutuhkannya.
Sehingga segala perbuatan amal dan bantuan yang merekan lakukan, bagaikan mempersiapkan harta warisan untuk kehidupan yang akan datang. Dengan demikian, dirinya telah terus menjaga dan memiliki warisan berkah yang tidak putus disetiap kehidupan yang akan datang hingga Pencapaian Agung Sejati.
Tetapi bagaimana dengan karma buruk yang kita miliki dari kehidupan kita yang masa lampau ?
Pada awal kelahiran manusia, tubuh bagaikan satu gelas yang hanya masih memiliki sedikit air didalamnya dengan sedikit rasa asin.
Selanjutnya segala perbuatan, ucapan, dan pikiran manusia yang akan menentukan rasa yang sesungguhnya dari air didalam gelas ini.
Dengan berbuat kebaikan, kita mengumpulkan karma baik bagaikan menuang sesendok air putih kedalam gelas.
Dengan berbuat keburukan, kita mendapat karma buruk, bagaikan menuang sesendok garam kedalam gelas.
Walau kita telah memiliki rasa asin sejak awal kelahiran kita, tetapi kita jangan berputus asa untuk berusaha menuangkan air putih kedalam gelas kita. Walau garam yang telah didalam gelas tidak dapat dikeluarkan lagi, tetapi dengan lebih banyak air putih yang kita tuangkan ke dalam gelas ini. Rasa asin tersebut akan semakin jauh berkurang, bahkan tidak melepas kemungkian akan benar-benar dapat terasa bagaikan tawar kembali karena jumlah air yang semakin banyak.
Saya mengajak para umat untuk selalu merenungkan ini.
Sebagai manusia kadang telah berbuat kesalahan, jangan kita menyesalkan yang berkepanjangan. Tetapi selanjutnya harus berusaha mengumpulkan karma baik sebanyak-banyak untuk mengimbangi perbuatan buruk kita. Dan tentunya kita harus menghindari perbuatan buruk tersebut.