Hari Raya Pagerwesi Memuja Hyang Pramesti Guru berikut Panca Dewata Yang Sedang Yoga
Hari Raya Pagerwesi satu diantara hari besar Hindu yang jatuh setiap 210 hari atau 7 bulan kalender bali atau bersamaan dengan Budha Keliwon Wuku Sinta. Hari raya pagerwesi adalah hari ke-5 setelah gempurangkaian perayaan besar hindu salah satunya:
- Hari raya Saraswati
- Hari Banyu Pinaruh
- Hari Raya Suma Ribek
- Hari Raya Sabuh Mas
- Hari Raya Pagerwesi.
Ini hari adalah payogan Hyang Pramesti Guru, dibarengi beberapa Dewa dan Pitara, untuk keselamatan dunia dengan seluruh didalamnya dan untuk sentosanya kehidupan seluruh makhluk.
Pada saat itu penganut sepantasnya ayoga semadhi, yakni menurunkan hati dan menunjukkan sembah bhakti kehadapan Ida Si Hyang Widhi. pada ini hari diselenggarakan widhi widhana seadanya, dihaturkan di depan Sanggahr Kemimitan dibarengi sebatas korban buat Si Panca Maha Butha.
Pada ini hari kita memuja dan bersujud kehadapan Ida Si Hyang Widhi, Hyang Pramesti Guru bersama Panca Dewata yang saat lagi melakukan yoga.
Berdasar pengider-ideran Panca Dewata itu ialah:
- Dewa Iswara ( bersinggasana di timur)
- Dewa Brahma ( bersinggasana di selatan)
- Dewa Mahadewa ( bersinggasana di Barat)
- Dewa Wisnu ( Bersinggasana di Utara )
- Dewa Siwa ( Bersinggasana di Tengah)
Ekam Sat atau Tuhan itu tunggal. Dari Panca Dewata itu kita dapatkan pemahaman, alangkah Hyang Widhi dengan 5 manifestasiNya disimbolkan melingkupi dan menyerap ke seluruh ciptaanNya (wyapi-wiapaka dan nirwikara). Dengan geraknya itu Hyang Widhi memberi hidup dan kehidupan pada kita. Hakekatnya hidup yang ada di kita semasing adalah sisi dibanding dayaNya. Di hari raya Pagerwesi kita bersujud kepadaNya, merenung dan mengharap agar hidup kita ini disetujuiNya dengan kesejahteraan, perubahan dan lain-lainnya.
Widhi-widhananya ialah: bersih, peras penyeneng sesayut panca-lingga, penek rerayunan dengan raka-raka, parfum, kembang, asep dupa arum, dihaturkan di Sangkal Kemulan (Kemimitan). Yang di bawah dipujakan pada Si Panca Maha Bhuta ialah Segehan Agung manca warna (berdasar urip) dengan tetabuhan arak berem. Semestinya Si Panca Maha Bhuta bergirang dan senang membantu kita, memberikan panduan jalan ke arah kesejahteraan, akhirnya mencapai Bhukti mwang Mukti.