Upacara Nangunan Sanghyang Jaran di Merajan Br. Bun Denpasar
KRAMA Banjar Bun, Kelurahan Dangin Puri , Denpasar Timur akan menggelar karya Penangunan Ratu Pragina (Sanghyang Jaran) serta piodalan di Mrajan Pura Banjar Bun, Sabtu 19 September 2009 mendatang. Dudonan karya mulai dari melaspas pelawatan Sanghyang Jaran, melasti ke segara serta melakukan prosesi mapasupati di Geriya Beluang, Sanur. Sedangkan pada malam harinya akan dilakukan puncak piodalan dan menjaya-jaya.
Prajuru Adat Banjar Bun I Wayan Gede Putru sata mesimakrama ke Gedung Pers Bali K. Nadha, Rabu (16/9) mengatakan, karya ini didasari pemuwus Ida Bhatara Ratu Pragina dan sudah disetujui oleh 191 KK krama adat Banjar Bun ’’ Ia menjelaskan Sanghyang Jaran merupakan salah satu tarian sakral yang dapat disejajarkan dengan tarian Barong Landung, Barong Keket, Barong Bangkung daan lainnya. Tarian ini tak bisa dipentaskan sembarangan. Umumnya dipentaskan bila ada musibah atau gumi grubug,’’ ujarnya. Menurutnya, sejarah Sanghyang Jaran di Banjar Bun,bermula dari sekelompok anak-anak yang ingin menikmati hiburan yang sifatnya rohani pada jaman Belanda. Atas bantuan leluhur Wayan Selonog (alm) dan astiti baktinya terhadap Sang Hyang Widhi maka terciptalah Sanghyang Jaran di Banjar Bun. Untuk keberadaan Sanghayang jaran ini di Banjar Bun, konon Mangku Slonog (alm) memohon kepada Ida Hyang Widhi dari Merajan Gede Tainsiat tepatnya pada pelingih meru paling utara. Dengan latar belakang ini maka segala kegiatan yang bekaitan dengan Sanghyang Jaran terlebih dulu wajib memberitahukan ke Jeroan Gede Tainsiat dan wajib mohon petuah penglingsir Jeroan Gede. (dir) sumber balipost.
Prajuru Adat Banjar Bun I Wayan Gede Putru sata mesimakrama ke Gedung Pers Bali K. Nadha, Rabu (16/9) mengatakan, karya ini didasari pemuwus Ida Bhatara Ratu Pragina dan sudah disetujui oleh 191 KK krama adat Banjar Bun ’’ Ia menjelaskan Sanghyang Jaran merupakan salah satu tarian sakral yang dapat disejajarkan dengan tarian Barong Landung, Barong Keket, Barong Bangkung daan lainnya. Tarian ini tak bisa dipentaskan sembarangan. Umumnya dipentaskan bila ada musibah atau gumi grubug,’’ ujarnya. Menurutnya, sejarah Sanghyang Jaran di Banjar Bun,bermula dari sekelompok anak-anak yang ingin menikmati hiburan yang sifatnya rohani pada jaman Belanda. Atas bantuan leluhur Wayan Selonog (alm) dan astiti baktinya terhadap Sang Hyang Widhi maka terciptalah Sanghyang Jaran di Banjar Bun. Untuk keberadaan Sanghayang jaran ini di Banjar Bun, konon Mangku Slonog (alm) memohon kepada Ida Hyang Widhi dari Merajan Gede Tainsiat tepatnya pada pelingih meru paling utara. Dengan latar belakang ini maka segala kegiatan yang bekaitan dengan Sanghyang Jaran terlebih dulu wajib memberitahukan ke Jeroan Gede Tainsiat dan wajib mohon petuah penglingsir Jeroan Gede. (dir) sumber balipost.