Notifikasi

Memuat…

Tumpek Landep Memuja Sang Hyang Pasupati Untuk Pertajam Idep

Hari ini Sabtu, 13 Maret 2010 atau tepatnya Saniscara Klion Wuku Landep UMAT Hindu kembali merayakan rerahinan Tumpek Landep. Pada Tumpek Landep, umat Hindu memuja Ida Sang Hyang Widhi dalam prebawa-nya sebagai Sang Hyang Pasupati yang telah menganugerahkan kecerdasan atau ketajaman pikiran sehingga mampu menciptakan teknologi atau benda-benda yang dapat mempermudah dan memperlancar hidup, seperti sepeda motor, mobil, mesin, komputer (laptop) dan sebagainya. Tetapi dalam konteks itu umat bukanlah menyembah mobil, komputer, tetapi memohon kepada Ida Sang Hyang Pasupati agar benda-benda tersebut betul-betul dapat berguna bagi kehidupan manusia.

Demikian antara lain disampaikan dosen IHDN Denpasar Drs. I Made Surada, M.A. dan pengurus Parisada Pusat Drs. Ketut Wiana, M.Ag. yang dosen IHDN Denpasar, Jumat (12/3) kemarin.

Landep dalam Tumpek Landep memiliki pengertian lancip. Secara harfiah diartikan senjata tajam seperti tombak dan keris. Benda-benda tersebut dulunya difungsikan sebagai senjata hidup untuk menegakkan kebenaran. Secara sekala, benda-benda tersebut diupacarai dalam Tumpek Landep.

Kata Made Surada, dalam konteks kekinian, senjata lancip itu sudah meluas. Tak hanya keris dan tombak, juga benda-benda hasil cipta karsa manusia yang dapat mempermudah hidup seperti sepeda motor, mobil, mesin, komputer dan sebagainya. Benda-benda itulah yang diupacarai. Namun harus disadari, dalam konteks itu umat bukanlah menyembah benda-benda teknologi, tetapi umat memohon kepada Ida Sang Hyang Widi dalam prebawa-nya sebagai Sang Hyang Pasupati yang telah menganugerahkan kekuatan pada benda tersebut sehingga betul-betul mempermudah hidup.

Dalam pengertian, bahwa umat patut bersyukur kepada Tuhan karena telah diberikan kemampuan atau ketajaman pikiran sehingga mampu menciptakan aneka benda atau teknologi yang dapat mempermudah hidup.

Sementara dalam kaitan dengan buana alit (diri manusia), Tumpek Landep itu sesungguhnya momentum untuk selalu menajamkan pikiran (landeping idep), menajamkan perkataan (landeping wak) dan menajamkan perbuatan (landeping kaya). Ketiga unsur Tri Kaya Parisuda tersebut perlu lebih dipertajam agar berguna bagi diri sendiri dan orang lain. Buah pikiran perlu dipertajam untuk kepentingan umat manusia, demikian pula perbuatan dan perkataan yang dapat menenteramkan pikiran atau batin orang lain.

Pikiran kita mesti selalu diasah agar mengalami ketajaman. Ilmu pengetahuanlah alat untuk menajamkan pikiran. Komputer yang diciptakan untuk mempertajam pikiran, hendaknya dimanfaatkan dengan baik. Internet mesti digunakan untuk mengakses informasi sehingga wawasan dan kecerdasan bertambah, bukan untuk mengunduh yang lain-lain.

Hal senada ditegaskan Ketut Wiana bahwa Tumpek Landep memiliki nilai filosofi agar umat selalu menajamkan pikiran. Setiap enam bulan sekali umat diingatkan melakukan evaluasi apakah pikiran sudah selalu dijernihkan atau diasah agar tajam? Sebab, dengan pikiran yang tajam, umat menjadi lebih cerdas, lebih jernih melakukan analisa, lebih tepat menentukan keputusan dan sebagainya.

Lewat perayaan Tumpek Landep itu umat diingatkan agar selalu menggunakan pikiran yang tajam sebagai tali kendali kehidupan. Misalnya, ketika umat memerlukan sarana untuk memudahkan hidup, seperti mobil, sepeda motor dan sebagainya, pikiran yang tajam itu mesti dijadikan kendali. Keinginan mesti mampu dikendalikan oleh pikiran. Dengan demikian keinginan memiliki benda-benda itu tidak berdasarkan atas gengsi, tetapi betul-betul berfungsi untuk menguatkan hidup sehingga betul-betul tepat guna. Jangan karena gengsi, akhirnya membeli kendaraan dalam jumlah yang banyak, rumah yang banyak, sehingga bingung menggunakannya dan bingung yang mana mesti ditempati. Sementara di sisi lain banyak umat yang bingung karena tidak memiliki rumah, masih menjadi kontraktor, berpindah-pindah ngontrak sana dan kontrak sini. Jika umat berlimpah materi, hendaknya disisihkan untuk membantu sesama. Jika memiliki uang banyak, sisihkan untuk ditabung di lembaga keuangan sehingga nantinya bisa disalurkan kembali untuk kepentingan yang lebih banyak, untuk mengembangkan UMKM dan sebagainya, sehingga kesejahteraan betul-betul merata dan berkeadilan. Rerahinan Tumpek Landep inilah sesungguhnya momen bagi kita untuk lebih menajamkan pikiran, sehingga tepat mengambil keputusan. Dulu, keris dan tombak digunakan sebagai sarana atau senjata untuk menegakkan kebenaran, kini sarana untuk memudahkan hidup itu sudah beragam, seperti kendaraan, mesin dan sebagainya.

Kata Wiana, benda-benda yang dianggap dapat memudahkan hidup itu pada saat Tumpek Landep diupacarai dengan banten yang berisi sesayut jayeng perang dan tebasan pasupati. Tebasan pasupati itu memiliki makna antara lain, siapa yang mampu menguasai sifat-sifat kebinatangan, ia akan dekat dengan Tuhan.

Senada dengan Surada, Wiana menegaskan mantenin atau mengupakarai benda-benda tersebut sesungguhnya dalam rangka memuja Tuhan (Sang Hyang Pasupati). Dalam konteks itu umat sesungguhnya memuja Tuhan agar benda-benda yang diciptakan manusia betu-betul berfungsi dan berguna untuk kepentingan umat manusia. (lun)
Baca Juga
Posting Komentar