Notifikasi

Memuat…

Sorga Bagi yang Melestarikan Alam

Indraa ya dyaava osadhir uta aapah.

Rayim raksanti jirayo vanani. (Regveda III.51.5).

Maksudnya: Lindungilah sumber-sumber kekayaan alam seperti atmosfir (dyau) tanam-tanaman bahan makan dan tumbuh-tumbuhan berhasiat obat (osadha), sungai sungai, sumber air (aapah) dan hutan-hutan belantara (vana).

PERMUJAAN Tuhan seyogianya didayagunakan untuk menguatkan komitmen umat manusia untuk melaksanakan sabdaNya. Salah satu sabda Tuhan itu seperti Mantra Rgveda III.51.5 yang dikutip di atas. Tuhan telah mensabdakan agar umat manusia menjaga kemurnian eksistensi atmosfir, tanam tanaman terutama bahan makanan dan obat-obatan. Demikian juga sungai-sungai dan sumber-sumber air lainnya dan juga kerimbunan tanaman hutan di kawasan hutan seperti dilereng gunung, hutan bakau di pantai dan kawasan hutan lainnya. Menjaga hutan tidak saja dari segi luasnya, tetapi dari segi jenis dan kwalitas pohon yang membuat rimbunnya hutan. Umat manusia seharusnya paham akan multi fungsi hutan untuk berlangsungnya kehidupan dibumi ini. Kalau sumber daya alam tersebut tak terjaga dengan baik maka hidup manusia di planet bumi ini akan menimbulkan banyak masalah.

Sesungguhnya dalam ajaran Hindu kegiatan hidup yang senantiasa menjaga kelestarian alam sebagai bagian dari pengamalan ajaran Agama yang disebut Bhuta Yadnya. Tujuan Bhuta Yadnya itu adalah Bhuta Hita yaitu mensejahterakan alam lingkungan yang dibangun dari unsur-unsur Panca Maha Bhuta.

Dalam Bhagawad Gita V.25 dinyatakan barang siapa yang dalam hidupnya senantiasa memelihara dan menjaga kelestarian alam (Bhuta Hita Ratah) maka ia akan mencapai surga (Brahman Nirwana). Mereka yang disebut orang suci adalah ia yang dosanya telah dimusnahkan, kebimbangannya telah dihilangkan, pikirannya telah mencapai keadaan yang tetap dan mereka yang senantiasa menjaga kelestarian alam (Bhuta Hita Ratah). Artinya orang yang senantiasa melestarikan alam tergolong orang suci dan dijanjikan masuk surga oleh kitab suci. Sebelum masuk surga di niskala tentunya juga hidup bahagia dan sejahtra di dunia. Ini berarti nerakalah pahalanya bagi yang merusak alam seperti mengotori udara, mengotori sungai, merusak hutan, dstnya.

Prof.Dr. Emil Salim dalam tulisannya yang berjudul "Meningkatkan Daya Dukung Lingkungan" pada buku: Alumni FEUI dan Tantangan Masa Depan: Beragam Pemikiran diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka Jakarta tahun 1995 menyatakan adanya sepuluh kerusakan di kulit bumi ini. Sepuluh kerusakan muka bumi ini disebabkan bergesernya gaya hidup manusia dan needs ke wants. Maksudnya dari hidup berdasarkan kebutuhan telah bergeser menjadi hidup berdasarkan keinginan. Dulu orang hidup mencari ketenangan telah bergeser hidup mencari kesenangan indriawi. Adanya pemanasan global yang semakin meningkat, menyebabkan semakin meningkatnya permukaan air laut dimuka bumi ini. Semakin menyusutnya air tawar baik di permukaan bumi maupun diperut bumi. Semakin menyusutnya populasi aneka hayati.

Semakin banyaknya turun hujan asam atau acid rain yang banyak merusak pucuk pohon. Ada gejala semakin meluasnya gurun pasir di bumi ini. Karena hewan memakan rumput dan tanaman secara berlebihan sampai keakar-akarnya, dan manusia mengeksploitasi lahan subur secara berlebihan maka kwalitas tanah berubah menjadi gurun pasir. Limbah hewan yang disembelih paling banyak menimbulkan gas buang mengotori udara dan menimbulkan perubahan cuaca. Demikian antara lain kerusakan yang terjadi dikulit bumi ini menurut hasil kajian Prof.Dr. Emil Salim.

Swami Satya Narayana menyatakan dalam pustaka Anandadayi: Jangan salah gunakan lima unsur alam ini. Lima unsur alam itu adalah bumi, air, api, udara dan langit. Ini lima anggota badan Tuhan. Manusia boleh menggunakannya hanya sebatas kebutuhan. Menyakiti orang lain, sama saja dengan menyakiti Tuhan, karena dalam diri manusia ada Tuhan yang disebut atman. Manusia juga terbangun dari lima unsur alam tersebut. Menyalahgunakan Panca Maha Bhuta itu adalah kejahatan yang paling besar. Menghambur-hamburkan energi manusia akan mendapat luka bakar. Dengan mengotori udara manusia akan mendapatkan penyakit jiwa. Adalah tidak baik menginginkan yang tidak dibutuhkan. Begitu juga menginginkan kesenangan yang berlebihan. Bilamana manusia serakah bisa saja terjadi kehilangan apa yang telah dimiliki. Manusia tidak baik makan dengan rakus dan mengotori sekeliling lingkungan. Seseorang tidak boleh menjajah tanah lebih dari yang diperlukan untuk hidup. Bilamana berbicara atau bekerja jangan ramai hiruk-pikuk. Tidak boleh menimbulkan bunyi-bunyian yang berlebihan. Membuat keramaian yang hiruk-pikuk juga dosa. Kesunyian itu Tuhan.

Panca Maha Bhuta yang terpelihara kemurniannya akan mampu menumbuhkan pohon-pohonan yang menghijau. Mantra Atharvaveda.X.44.1 menyatakan sbb: Terdapat warna hijau pada daun tumbuh-tumbuhan (klorofil) yaitu unsur yang menyelamatkan hidup yang ada pada hijau daun. Ia ditutupi oleh Rta. Karena itu zat warna hijau tersebut yang menyebabkan tumbuh-tumbuhan mengandung zat hidup menjadi bahan makanan dan berkhasiat obat. Manusia dan hewan tidak bisa hidup tanpa tumbuh-tumbuhan. Air, udara dan tumbuh-tumbuhan saling menguatkan. Karena itu air, tumbuh-tumbuhan dan udara (Apah, Isadah, Vata) disebut Tri Chandda dalam Atharvaveda XVIII.1.17. Unsur alam itu adalah tiga lapisan yang menyelubungi bumi yang membentuk tempat hidup semua makhluk hidup di bumi ini. Mantra Rgveda X.9.6 menyatakan baha air memiliki unsur-usnur penyembuhan.

Manawa Dharmasastra IV.56 menyatakan: Hendaknya jangan berludah, membuang air kencing atau kotorannya ke air sungai. Juga tidak boleh melemparkan kata-kata yang tidak suci ke sungai, tidak juga darah maupun kotoran lainnya dan juga hal-hal yang mengandung racun (bisa). Kecerdasan orang akan sirna apa bila mengotori sungai. Pustaka Sarasamuscaya 363 menyatakan orang akan masuk surga apabila melakukan investasi untuk menguatkan eksistensi air dibumi ini, menciptakan pasar, membangun jalan, membangun balai pertemuan (Sabha) dan membangun tempat pengembangan kebudayan dan seni untuk masyarakat luas.
Baca Juga
Posting Komentar