Notifikasi

Memuat…

PURA DALEM KARANGASEM

pura-dalem-karangasem

PURA DALEM KARANGASEM

Nama Pura satu ini unik yakni Pura Dalam Karangasem. Seperti nama Kabupaten di ujung timur pulau Bali. Tetapi rupanya tidak ada hubungan langsung dengan Kabupaten Karangasem. Pura yang ada di Jalan Bypass Ngurah Rai, persisnya di samping Daerah Kepiting, itu rupanya tapak jejak perjalanan Dang Hyang Nirartha di alas (rimba) Asem atau area Pura sekarang ini sarat dengan pohon asem.

Menurut Penopang Pura Dalam karangasem, I Ketut Anom Suparta, bila disaksikan dari riwayat pura ini, nama Karangasem yang dipasangkan di Pura ini berawal dari kata Karang yang berarti tempat dan Asem yang tidak lain ialah buah asem (tamarine) yang pada periode itu tumbuh lebat di seputar pura. Seperti rimba asem. "Pada jaman dahulu, di seputar tempat ini banyak pohon asem, hingga nama tempat ini ialah Pura Dalam Karangasem, disamakan dengan keadaan waktu itu," terangnya.

Bila disaksikan dari Purana Pura, riwayat Pura Dalam Karangasem disebutkan Mangku Anom tidak lepas dari perjalanan Dang Hyang Nirartha atau Ida Pendanda Sakti Wawu Rauh. Saat lakukan perjalanan Rohani di Bali, sesudah Dang Hyang Nirartha lakukan perjalanan di daerah utara dan Timur Pulau Bali, Dang Hyang Nirartha pengin meneruskan perjalanan ke Bali sisi selatan.

Sesampainya dibagian selatan, persisnya di ceking (kaki pulau Bali) pulau Bali yaitu di posisi Pura Dalam Karangasem ini, Dang Hyang Nirartha dikisahkan Mangku Anom disongsong oleh warga di tempat yang tidak lain ialah nenek moyang dari Mangku Anom yang namanya Pekak Tuban.

Oleh Pekak Tuban ini, Dang Hyang Nirartha disuruh untuk tinggal sesaat di posisi Pura Dalam Karangasem itu. "Waktu itu, tempat ini telah ada pahrayangan berbentuk Batu karang yang keluarkan air dengan rasa asam, itu jadi cikal akan nama pura ini yaitu Pura dalam Karangasem. Kecuali sebab pohon asem yang lebat," sambungnya.

Sebab atas keinginan warga di tempat, pada akhirnya Dang Hyang Nirartha siap untuk tinggal dalam tempat itu sepanjang tujuh hari, sepanjang tinggal bersama-sama dengan warga disitu, Dang Hyang Nirartha mengajar ke warga mengenati tata langkah bertahan hidup di tengah-tengah keadaan alam yang dikeliling oleh lautan.

Waktu itu, Dang Hyang Nirartha mengajar warga bagaimanakah cara untuk tangkap ikan selaku salah satunya mata pencarian untuk tetap bertahan hidup di tengah-tengah keadaan alam yang dikitari lautan. "Waktu itu, pangelingsir tiang (tetua saya) diberikan untuk bikin bubu selaku fasilitas tangkap ikan, hingga sejumlah besar warga di sini profesinya selaku nelayan," bebernya.

Sesudah tujuh hari tinggal dalam tempat itu, pada akhirnya Dang Hyang Nirartha meneruskan perjalanan rohaninya. Tetapi saat sebelum meneruskan perjalanan, warga di dusun itu meminta ke Dang Hyang Nirartha untuk dapat memberi panduan pada pahrayangan yang telah ada.

Atas panduan dari Dang Hyang Nirartha, disebutkan Mangku Anom Parhyangan itu jadi Pura bernama Pura Dalam Karangasem sebab disekitar Pura banyak pohon asem dan air yang keluar dari Batu Karang yang disebut pelinggih khusus di pura itu rasa-rasanya asam.

Sesudah memberi panduan itu, pada akhirnya Dang Hyang Nirartha meneruskan perjalanan rohaninya ke daerah lain Pulau Bali, dan secara perlahan-lahan Palinggih itu jadi pura yang diempon oleh turunan Pekak Tuban. "Sampai sekarang ini saya ialah angkatan penerus dari Pekak Tuban dan jadi pengempon Pura," lebih Mangku Anom.

Piodalan di Pura Dalam Karangasem yang ada di Jalan Bypass Ngurah Rai, persisnya di samping Daerah Kepiting, ini jatuh pada Hari Sabtu Pon wuku Dunggulan, persisnya 3 hari sesudah Hari Raya Galungan, kecuali menghaturkan upacara piodalan sesuai tata langkah yang berjalan di Dusun Tradisi Tuban, Badung, ada yang unik dari penerapan piodalan di Pura Dalam Karangasem ini. Apakah itu?

Saat piodalan di Pura Dalam Karangasem ini, harus memakai ikan tetapakan, yaitu ikan yang cuman mempunyai daging pada satu segi badannya saja. "Kecuali memakai daging suci seperti bebek, untuk upacara di Pura ini memakai ikan Tetapakan, yaitu ikan yang cuman mempunyai daging pada satu segi badannya," terang Penopang Pura Dalam karangasem, I Ketut Anom Suparta

Harus dipakainya Ikan Tetapakan ini untuk pemuput piodalan di pura Dalam Karangasem ini disebutkan Mangku Anom tidak lepas dari cerita perjalanan suci Dang Hyang Nirartha yang sempat tinggal sepanjang tujuh hari di Pura dalam Karangasem ini.

Saat tinggal di daerah itu, oleh warga di tempat Dang Hyang Nirartha disajikan makanan yang disebut hasil laut, seperti ikan dan lain-lain. Satu hari Dang Hyang Nirartha disajikan menu ikan.

Saat sedang nikmati ikan itu, pada satu segi sisi ikan, rupanya belum masak sebab menganggap belum masak dan tidak tenteram untuk mengonsumsi ikan itu, pada akhirnya Dang Hyang Nirartha memberkati ikan itu agar kembali lagi hidup. "Dan seterusnya ikan itu dilepaskan ke laut, dan sampai sekarang ikan itu masihlah ada dan jadi salah satunya ikan yang harus dihaturkan saat piodalan," ucapnya.

Berkaitan yang dipuji di Pura Dalam Karangasem ini disebutkan Mangku Anom bersemayam Ida Bhatara Dalam Karangasem. Kecuali disungsung oleh warga di seputar Dusun tradisi Tuban sampai ke Pulau Gempuran, pura ini disebutkan Mangku Anom disusung oleh semua umat Hindu yang berada di Bali.

Mengenai Pura Dalam Karangasem

  • 1. Tapak jejak Perjalanan Dang Hyang Nirartha
  • 2. Yang dipuji ialah Ida Bhatara dalam Karangasem
  • 3. Pura ini dipuji oleh semua umat hindu.
  • 4. Terutamanya Dusun Tradisi Tuban dan sekelilingnya.
  • 5. Antiknya dalam piodalan harus memakai ikan tetapakan
  • 6. Dengan cerita ikan diberi berkah oleh Dang Hyang Nirartha
  • 7. Piodalan Pura jatuh pada Hari Sabtu Pon wuku Galungan

Baca Juga
Posting Komentar