Notifikasi

Memuat…

PURA DALEM PINGIT DAN PURA KUSTI

PURA DALEM PINGIT DAN PURA KUSTI

PURA DALEM PINGIT DAN PURA KUSTI

 Pura Sebatu, benar-benar cantik dan tarik, benar-benar mempunyai potensi untuk ditingkatkan pada ide rekreasi religius. Panorama alam yang cantik, air yang jernih dan situasi magic benar-benar berasa demikian masuk area Pura Sebatu. Untuk teman-teman yang menyukai lakukan aktivitas religius, benar-benar adalah keharusan untuk bertandang ke Pura ini. Berdasar narasi dari mulut ke mulut, Pura Sebatu adalah Pura yang paling sakral, magic dan belakangan ini saja dibuka untuk publik ramai.

PANUGRAN DEWI UMA PANGLEBUR MALA

Pasiraman Pura Dalam Pingit dan Pura Kusti salah satunya lokasi yang dipercaya memiliki kesucian. Sebab posisi ini jadi taman beji Ida Bhatara Pura Dalam Pingit dan Pura Kusti. Posisi ini ada di Banjar/Dusun Sebatu, Tegallalang, Gianyar, Bali. Mendapati tempat pasiraman ini tidak demikian gampang, Sebab posisinya cukup terselinap dari jalan khusus.

Untuk capai arah genah/tempat malukat, dapat dengan semua tipe kendaraan. Jalan tidak jadi masalah, sarana jalan lumayan baik. Sesudah bertemu posisinya, di situ telah ada tempat parkirkan yang lumayan luas. Seterusnya perjalanan dilanjutkan menuju kanan ke arah arah timur. Lebih kurang 300 mtr., ada jalan setapak yang tidak demikian lebar. Jalan turun dengan tangga atau undag-undag yang banyaknya lumayan banyak seputar beberapa ratus..

Air terjun yang ada di Pasiraman Pura Dalam Pingit dan Pura Kusti, menurut Jro Mangku Made Tantra yang tinggal di Banjar Sebatu, Tegallalang, Gianyar, telah ada sejak dahulu. Benar-benar awalannya telah napet, air terjun yang tidak demikian tinggi ialah kehendak alam yang mengalir sejauh jaman. Namun, belum diketahui selaku genah (tempat) malukat.

Jro Mangku Pura Dalam Pingit Sebatu, I Wayan Adi Armika. Seputar tahun 2007-an, tempat penglukatan ini diketemukan oleh tamu asing. Saat itu tamu itu akan cari tempat permandian yang bersih,asri dan tenang disekitar dusun.

Selanjutnya mendapati lokasi yang saat ini disebutkan Pasiraman Dalam Pingit Sebatu. Saat itu masyarakat seputar belum mengenali tempat itu selaku genah atau tempat melukat. Menurut Jro Mangku, waktu coba air di situ, tamu asing itu kaget.

Ini karena satu peristiwa, dia menyaksikan air itu berbeda warna jadi kotor seperti warna air beras. Disana berita itu jadi pembicaraan di kelompok warga.

Sampai akhirnya beberapa tetua dan penopang di Dusun Sebatu mengenali kondisi itu dan memutus melangsungkan pararem atau paruman, untuk minta panduan mengenai tempat ini.

Disebutkan Made Mantra bersama partnernya Jro Mangku Adi Armika yang ngayah di Pura Dalam Pingit.

Bila seorang lakukan pengelukatan di air terjun ini ada kekhasan, di mana airnya warna yakni warna Warna putih kotor, seperti air beras, warna seperti air teh atau warna merah, warna kekuning-kuningan terlihat kotor (puek), tetapi ada pun tidak warna benar-benar (murni).

Sesudah malukat, air yang berada di bawah normal kembali, berarti tidak warna kembali. Jro Mangku tidak berani pertaruhan, apa warnanya itu penyakit yang keluar dari mereka yang malukat, Jro Mangku malas memberi tanggapan, kelak takut salah.

"Yang pasti, jika ada orang malukat, airnya jadi kotor dan warna, bergantung orang yang malukat. Namun, tidak seluruhnya sanggup menyaksikannya. Kadang dapat disaksikan oleh banyak orang.

Narasi untuk narasi, di mana kebenaran air ada keunikannya adanya tiga warna, prajuru Dusun Sebatu melangsungkan paruman atau Jro Mangku ngomong melangsungkan pararem. Dikerjakan pamendakan tirta yang keluar dalam tempat. Sesudah dipendak, urai Jro Mangku Made Mantra, diadakan pararem kembali lagi minta secara niskala ke Ida Ratu Sanghyang Pujung Kaja, Sebatu, Tegallalang.

Adanya bermacam kekhasan, berdasar bawos niskala , tidak salah air atau tirta sebagai pasiraman Ida Bhatara yang malingga di Pura Dalam Pingit dan Pura Kusti banyak simpan rahasia. Seperti disebutkan Jro Mangku Made Mantra yang menjadi pamangku semenjak kelas 2 SD, ada bermacam peranan dari tirta yang ada dipasiraman. Dari manfaat yang sudah jadi paican Ida Bhatara ialah: Kageringan, kageringan Pegawian Santet Desti Teranjana, yang belum punyai turunan, juga bisa dibuktikan.

Bukan hanya sampai di situ, satu kali lagi, prajuru kembali lagi mengadakan paruman (pararem) minta panduan di mana bisa keputusan akan menghaturkan sane Jro Makalihan dipersilahkan (kahaturan) menyaksikan tempat malukat itu. Atas panduan yang ada, seterusnya dibuatkan palinggih.

Sesudah tiba Jro Makalihan dan lakukan sembahyang, kembali karauhan (diuji) dengan api. Rupanya yang karauhan tidak panas dengan api dan tidak basah sama air. Dengan dikerjakan acara itu, rupanya Ida Bhatara kembali mapaica secara niskala, disebutkan tirta yang keluar dari goa, ialah panugran Ida Dewi Uma.

Spesial untuk yang belum punyai turunan atau anak, khususnya pasangan suami istri, supaya lakukan panglukatan sekerap kemungkinan. Disarankan pasangan suami istri lakukan malukat bersama. Paica yang ini telah ditunjukkan adanya umat atau penangkilan yang manghaturkan sasangi. Ada yang tiba dari Petang, Badung, dari Lodtunduh, Gianyar dan banyak yang tiba naur sasangi (bayar kaul yang dimohonkan saat malukat). Satu kali lagi, berharap Jro Mangku, untuk yang belum punyai turunan supaya malukat bersama

Fasilitas Melukat Di Sebatu

Tentang hal fasilitas-sarana untuk penangkilan / melukat di sini yakni:

  1. Daksina pejati,khususnya untuk mereka yang pertamanya kali melukat.
  2. Pejati yang dibawa sebaiknya berisi pisang/biu kayu, berisi bunga tunjung warna bebas.
  3. Fasilitas muspa memakai kuangen dengan memakai bunga jempiring,sekar tunjung biru dan pis bolong (uang bolong) 11 kepeng.
  4. Baju yang digunakan nangkil yakni baju tradisi bali, di mana di saat melukat bisa cuman menggunakan kain kamen dan dianjurkan tidak untuk menggunakan perhiasan.

Tata Langkah Melukat di Sebatu

Tata langkah melukat sebagai berikut :

  1. Lakukan persembahyangan di pelinggih pura dalam pingit dan kusti yang terletak cukup di atas dari tempat pesiraman,dengan memakai fasilitas kewangen. umumnya dipegang oleh penopang di saat hari keagamaan spt purnama, kajeng kliwon, dll.
  2. Habis sembahyang,kewangen yang ada uang kepengnya dibawa kelokasi melukat. triknya, kewangen di letakan di muka jidat atau ubun ubun seperti waktu kita muspa, dengan membasahi kepala dan ubun ubun, sesudah kepala basah terlepas kewangan supaya tenggelam dengan air.
  3. Sesudah usai melukat,pemedek sembahyang satu kali lagi di pelingih yang berada di dekat batu, sekaligus nunas tirta dan bija.

Mudah-mudahan artikel ini bisa berguna. Bila ada keterangan yang kurang pas atau kurang komplet. Minta direvisi bersama.

Baca Juga
Posting Komentar