Notifikasi

Memuat…

Mengenal Banten Rarapan dalam Agama Hindu

Banten Rarapan

Dalam agama Hindu di Bali ada bermacam tipe upacara atau sesajen yang akan dihaturkan ke Sang Hyang Widhi. Diantaranya ialah banten rarapan yang sejauh ini seringkali diaplikasikan dalam agama Hindu di Bali. Rarapan umumnya dihaturkan dengan berbentuk rokok kretek, ubi rebus, ketela rebus, jaja injin, jagung laklak tape dan lain-lain. Bersamaan dengan bertumbuhnya jaman, karena itu rarapan yang dihaturkan malah makin bermacam seperti makanan ringan, manisan atau permen, dan lain-lain. Umumnya yang dihaturkan dalan rarapan ini ialah berbentuk makanan yang dimakan manusia.
Seterusnya rarapan itu akan dihaturkan pada beberapa tempat yang dipercaya atau dirasa tenget yang memiliki penunggu gaib.Seperti pada perempatan, tepi jalan, jaba pura, pohon besar, jembatan, area bekerja, dan lain-lain. Rarapan bisa dihaturkan tiap hari atau saat seorang bertandang dan kebenaran melalui lokasi yang dipercaya memiliki penunggu. Bahkan juga rumah bisa juga jadi lokasi yang mempunyai penunggu hingga kerap ditempatkan rarapan.
Rarapan yang dihaturkan dapat berbentuk minuman atau semua yang dimakan manusia termasuk makanan. Di mana rarapan ini dimisalkan seperti gagapan atau oleh-olehan untuk makhluk gaib yang menanti sebuah tempat. Dengan memberi banten rarapan ini karena itu diinginkan sang penunggu gaib dapat berasa suka, tenang dan dapat menolong rutinitas manusia di alam niskala. Yang bermakna jika manusia telah merajut komunikasi, telah bekerja bersama, merajut keserasian dengan jaga alam, dan jalankan kehidupan di dunia walau keduanya tidak dapat sama-sama menyaksikan atau berkontak. Minimal kepercayaan dan hati nurani manusia dapat menyambungkan dengan makhluk alam niskala.
Lewat rarapan ini manusia dapat turut memiara keserasian alama niskala dan sekala yang sejauh ini terbatasi ruangan dan waktu. Misalkan saat pedangan akan mengawali usaha karena itu awalnya akan menghaturkan rarapan di seputar tempat berdagang atau di pura melanting. Disamping itu adapula yang menempatkan rarapan dengan haturan betara hingga berupa seperti gebogan yang dihaturkan tiap hari. Hal itu akan kerap nampak di beberapa pasar daerah Bali. Arah dari haturan rarapan itu sebagai permintaan kehadapan Ida Betari Melanting agar usaha dagang yang dilaksanakan akan memberikan keuntungan dan sebagai ancangan untuk menolong usaha dan tidak mengusik tapi malah menolong.
Ada beberapa juga beberapa orang yang tiba dari pasar atau usai jualan di pasar selanjutnya menghaturkan rarapan pada tempat tertentu. Hal itu dilaksanakan sebab sudah mengetahui jika tempat itu menyeramkan atau sempat alami hal gaib pada tempat itu. Juga bisa pemberian rarapan mempunyai tujuan sebagai pernyataan sukur atas rezeki yang didapat dan dibagi ke makhluk lain. Hingga diinginkan dapat rasakan ketenangan dan ditolong dalam jalankan bisnis dagang itu.
Untuk umat Hindu Bali, memberi banten rarapan bermakna semua manusia Bali dalam kesehariannya senantiasai meminta dan berdoa pada Ida Sang Hyang Widhi, Dewa-Dewi atau Betara Betara, nenek moyang agar diberi kesejahteraaan dan kemampuan. Dengan selalu merajut keserasian dengan penghuni dan penguasa gaib karena itu adalah usaha untuk menyesuaikan dunia dan manusia tidak terusik oleh makhluk gaib demikian demikian sebaliknya. Manusia tentu menginginkan dapat sama-sama memberikan keuntungan, sama-sama memberikan dan sama-sama menolong dengan makhluk gaib hingga dapat capai kenyamanan.
Demikian keterangan banten rarapan dalam Hindu Bali yang dapat menambahkan wacana anda. Lewat raraoan ini pasti manusia dapat merajut jalinan yang serasi dengan makluk gaib di beberapa tempat yang dipercaya mempunyai penunggu. Hingga manusia dapat capai hidup yang nyaman dan tenang dengan memberi rarapan ke makhluk gaib.
Baca Juga
Posting Komentar