Pura Kiduling Kreteg merupakan salah satu pura di kompleks Pura Besakih. Posisinya berada di sebelah selatan Pura Penataran Agung Besakih. Sesuai namanya, Kiduling Kreteg berarti di sebelah selatan jembatan. Kenyataannya memang pura berada di sebelah selatan jembatan dari Pura Penataran Agung Besakih.
Pura Penataran Agung Besakih menjadi pusat seluruh kompleks Pura Besakih, sedangkan Pura Kiduling Kreteg merupakan Pura Catur Dala. Sebagai Pura Catur Dala, Pura Kiduling Kreteg sebagai tempat suci untuk memuja Tuhan dalam manifestasinya sebagai Dewa Brahma. Dewa Iswara adalah manifestasi Tuhan sebagai Dewanya sinar, menyinari alam semesta dari atas.
Sedangkan Dewa Brahma adalah manifestasi Tuhan sebagai Dewanya api, yang berkobar dari bawah menuju atas.
Setiap Purnama Sasih Keenam, di Pura ini diselenggarakan ritual Aci Panyeeb Brahma. Apa maknanya?
Menurut agamawan, Drs. I Ketut Wiana, M.Ag., dalam bukunya Pura Besakih, hulunya Pulau Bali umat memuja Tuhan dalam manifestasi-Nya sebagai Dewa atau Batara Brahma, untuk memohon tuntunan agar tetap memiliki semangat untuk terus berkreasi mewujudkan kebenaran, kesucian, dan keharmonisan. Sebab, kehidupan yang bahagia lahir-batin akan terwujud, manakala dilandasi atau didasari kebenaran, kesucian dan keharmonisan satyam, siwam, dan sundaram.
Lanjut Wiana, salah satu tujuan pemujaan Tuhan sebagai Dewa Brahma di Pura Kiduling Kreteg adalah untuk menuntun umat Hindu agar senantiasa mengembangkan daya kreativitasnya dalam mewujudkan kebenaran Weda dalam kehidupan individual dan sosial. Di samping memelihara semangat hidup agar tetap berada di jalan dharma.
Dewa Brahma dipuja di Pura Kiduling Kreteg melalui pelinggih meru tumpang sebelas. Pujawali di Pura Kiduling Kreteg jatuh pada setiap Anggara Wage Wuku Dungulan atau Penampahan Galungan. Sedangkan upacara Aci Panyeeb Brahma di Pura Kiduling Kreteg dilangsungkan setiap Purnama Sasih Kaenem. Piodalan-nya menggunakan sistem wuku, sedangkan Aci Panyeeb Brahma menggunakan sistem sasih atau Chandra Premana.
Upacara Panyeeb Brahma ini dilangsungkan, menurut Wiana, bertujuan untuk memohon agar api yang berada di perut bumi agar benar-benar memberi energi seimbang dan sesuai dengan kebutuhan makhluk hidup penghuni bumi. Aci Penyeeb Brahma sebagai permohonan kepada Tuhan dalam manifestasinya sebagai Dewa Brahma agar panas yang ada di perut bumi yang disebut Kurma Agni itu bereksistensi secara teratur sesuai dengan kebutuhan hidup tumbuh-tumbuhan. Kurma Agni atau Bedawang Nala adalah api magma yang memiliki berbagai kekuatan energi. Dengan adanya keseimbangan atau keteraturan kuatan energi api dan air, diharapkan dapat menjadikan bumi ini sebagai Ananta Bhoga yakni sumber makanan yang tak habis-habisnya.
Demikian pula Aci Panyeeb Brahma, umat memohon agar panas bumi yang berada di perut bumi dapat terserap secara terukur sesuai dengan hukum alam (rta). Dengan demikian maka tanah bumi pun menjadi subur. Di balik ritual ini, ada suatu dorongan spiritual, memotivasi umat untuk selalu menjaga alam agar tetap lestari. (lun)
Pura Penataran Agung Besakih menjadi pusat seluruh kompleks Pura Besakih, sedangkan Pura Kiduling Kreteg merupakan Pura Catur Dala. Sebagai Pura Catur Dala, Pura Kiduling Kreteg sebagai tempat suci untuk memuja Tuhan dalam manifestasinya sebagai Dewa Brahma. Dewa Iswara adalah manifestasi Tuhan sebagai Dewanya sinar, menyinari alam semesta dari atas.
Sedangkan Dewa Brahma adalah manifestasi Tuhan sebagai Dewanya api, yang berkobar dari bawah menuju atas.
Setiap Purnama Sasih Keenam, di Pura ini diselenggarakan ritual Aci Panyeeb Brahma. Apa maknanya?
Menurut agamawan, Drs. I Ketut Wiana, M.Ag., dalam bukunya Pura Besakih, hulunya Pulau Bali umat memuja Tuhan dalam manifestasi-Nya sebagai Dewa atau Batara Brahma, untuk memohon tuntunan agar tetap memiliki semangat untuk terus berkreasi mewujudkan kebenaran, kesucian, dan keharmonisan. Sebab, kehidupan yang bahagia lahir-batin akan terwujud, manakala dilandasi atau didasari kebenaran, kesucian dan keharmonisan satyam, siwam, dan sundaram.
Lanjut Wiana, salah satu tujuan pemujaan Tuhan sebagai Dewa Brahma di Pura Kiduling Kreteg adalah untuk menuntun umat Hindu agar senantiasa mengembangkan daya kreativitasnya dalam mewujudkan kebenaran Weda dalam kehidupan individual dan sosial. Di samping memelihara semangat hidup agar tetap berada di jalan dharma.
Dewa Brahma dipuja di Pura Kiduling Kreteg melalui pelinggih meru tumpang sebelas. Pujawali di Pura Kiduling Kreteg jatuh pada setiap Anggara Wage Wuku Dungulan atau Penampahan Galungan. Sedangkan upacara Aci Panyeeb Brahma di Pura Kiduling Kreteg dilangsungkan setiap Purnama Sasih Kaenem. Piodalan-nya menggunakan sistem wuku, sedangkan Aci Panyeeb Brahma menggunakan sistem sasih atau Chandra Premana.
Upacara Panyeeb Brahma ini dilangsungkan, menurut Wiana, bertujuan untuk memohon agar api yang berada di perut bumi agar benar-benar memberi energi seimbang dan sesuai dengan kebutuhan makhluk hidup penghuni bumi. Aci Penyeeb Brahma sebagai permohonan kepada Tuhan dalam manifestasinya sebagai Dewa Brahma agar panas yang ada di perut bumi yang disebut Kurma Agni itu bereksistensi secara teratur sesuai dengan kebutuhan hidup tumbuh-tumbuhan. Kurma Agni atau Bedawang Nala adalah api magma yang memiliki berbagai kekuatan energi. Dengan adanya keseimbangan atau keteraturan kuatan energi api dan air, diharapkan dapat menjadikan bumi ini sebagai Ananta Bhoga yakni sumber makanan yang tak habis-habisnya.
Demikian pula Aci Panyeeb Brahma, umat memohon agar panas bumi yang berada di perut bumi dapat terserap secara terukur sesuai dengan hukum alam (rta). Dengan demikian maka tanah bumi pun menjadi subur. Di balik ritual ini, ada suatu dorongan spiritual, memotivasi umat untuk selalu menjaga alam agar tetap lestari. (lun)
Post a Comment for "Pura Kiduling Kreteg"